Materi-materi kuliah S2 KMB

klik download di sini

Jumat, 22 Agustus 2008

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GLUKOMA

PENDAHULUAN

Glukoma merupakan penyebab kebutaan kedua paling sering dinegara-negara industri. Menempati peringkat pertama penyebab kebutaan keturunan Amerika – Afrika. Insidennya sebesar 10% pada mereka yang melebihi 80 tahun (Ignatavicius, 1995). Menurut Margolis dan Schachat, 1998, diperkirakan sedikitnya 2 juta warga Amerika menderita glukoma.


KONSEP DASAR GLUKOMA

A. Definisi

Glukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh tekanan bola mata yang meningkat, ekskavasi dan atropi papil saraf optik serta kerusakan lapang pandang yang khas (Radjamin, 1984)

B. Patofisiologi

Tekanan intra okuli dipertahankan melalui mekanisme keseimbangan produksi dan pembuangan akuos humor. Peningkatan tekanan intraokuli disebabkan karena adanya peningkatan produksi ataupun adanya hambatan pembuangan akuos humor. Tekanan intraokuli yang tinggi selanjutnya menekan aliran darah terhadap retina dan saraf optik sehingga menyebabkan iskemia dan mati. Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak ke arah fovea sentralis. Bila tidak ditangani segera glukoma berakhir dengan kebutaan (Ignatavicius, 1995).

Teori terbaru menjelaskan bahwa terjadinya kerusakan sel saraf pada retina disebabkan oleh karena tingginya asam amino glutamat yang ditemukan meningkat pada penderita glukoma. Zat ini berfungsi merangsang sel saraf mengirimkan sinyal ke otak. Pada kadar toksik zat tersebut menyebabkan overstimulasi sehingga menyebabkan kerusakan seluler.

C. Stadium glukoma

Tanpa memandang penyebab kerusakannya, perubahan-perubahan pada glukosa berkembang yang dapat dilihat secara jelas melalui stadium-stadium sbb :

  1. Kejadian awal (initiating events)

Faktor presipitasi seperti adanya sudut yg sempit, stess emosional, penggunaan kortikosteroid yang lama atau medriatik

  1. Perubahan struktur di dalam sistem pembuangan akuos humor (Structural alteration in the aqueos outflow sistem)

Perubahan-perubahan jaringan dan kondisi-kondisiseperti perubahan-perubahan seluler yang disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran akuos humor

  1. Perubahan fungsi (Fungtional alteration)

Kondisi-kondisi spt TIO yang meningkat dan gangguan aliran darah

  1. Kerusakan saraf optik (Optic nerve damage)

Atropi saraf optik yang ditandai kehilangan serabut saraf dan suplai darah

  1. Kehilangan penglihatan (visual loss)

D. Klasifikasi dan Etiologi Glukoma

Glukoma diklasifikasikan menjadi 3 golongan, yaitu glukoma primer, sekunder dan kongenital (Radjamin dkk, 1985).

  1. Glukoma Primer

Klasifikasi golongan ini didasarkan gonioskopi. Penyebabnya tidak diketahui. Ada dua macam yaitu :

a. Glukoma sudut bilik mata depan tertutup disebut juga acute congestive glucoma.

b. Glukoma sudut bilik mata depan terbuka disebut juga dengan chronic simple glucoma.

  1. Glukoma Sekunder

Glukoma yang disebabkan oleh penyakit lain dalam bola mata. Penggolongan ini didasarkan atas anatomi mata.

a. Karena kelainan lensa

- luksasi

- pembengkaan (intumesen)

- fakolitik

b. Karena kelainan uvea

- uveitis

- tumor

c. Karena trauma

- hifema

- perforasi kornea dan prolap iris

d. Karena pembedahan

- bilik mata yang tidak cepat terbentuk setelah pembedahan katarak

e. lain-lain

- rubeosis iris

- Penggunaan kortikosteroid topikal berlebihan

  1. Glukoma kongenital

Disebut juga glukoma infantil.

  1. Glukoma absolut

Keadaan akhir suatu glukoma dimana kebutaan total telah terjadi dan bola mata sering terasa nyeri.

E. Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan glukoma primer sudut tertutup meliputi :

  1. Menurunkan TIO dengan segera

a. Hiperosmotik : tekanan osmose plasma meningkat sehingga menarik cairan dari dalam mata

- Gliserin 1 – 1.5 ml/kgBB dalambentuk 50 % larutan diminum sekaligus

- Bila sukar diminum karena mual/muntah, ganti dg pemberian manitol 1 – 2 gr/kgBB 20 % dalam infus dg kecepatan 60 tts/mnt.

Bila TIO mencapai normal dosis ini tidak perlu dihabiskan

b. Acetazolamide : menekan akuos

Langsung diberi 500 mg peroral dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam. Bila mual/muntah dapat diberikan secara IV dg dosis 500 mg

c. Beta adrenergik antagonis : menekan produksi akuos

Timolol maleat 0,25 – 0,5 % tetes 2x/hari

  1. Membuka sudut yang tertutup

a. Miotikum : iris tertarik dan menjauh dari tabekula sehingga sudut terbuka

- pilokarpin 2 – 4 % tetes 3 – 6 jam, diberi bila sudah ada tanda-tanda penurunan TIO

- tidak dianjurkan frekuensi pilokarpin yang banyak karena dapat menimbulkan krisis kolinergik

b. Acetazolamide : akuos dibilik mata belakang berkurang sehingga tekanan dibilik mata depan lebih tinggi daripada bilik mata belakang. Hal ini berakibat iris terdorong kebelakang sehingga sudut mata akan terbuka (bila belum ada perlengketan)

  1. Memberi suportif dengan mengurangi nyeri, mual/muntah dan reaksi radang ;

Pethidin untuk nyeri, antiemetik untuk muntah dan kortikosteroid topikal untuk reaksi radang

  1. Mencegah sudut tertutup ulang

Iridektomi perifer dilakukan untuk mencegah cetusan ulang yg menimbulkan blok pupil. Dengan adanya iridektomi akuos humor tetap bila mengalir meskipun terjadi blok pupil

5. Mencegah sudut tertutup pada mata jiran (fellow eye)

Karena adanya kesamaan anatomi, kemungkinan mata sebelah mengalami serangan glukoma cukup besar. Oleh karena itu saat serangan akut pada mata yang sakit, mata jiran diberi pilokarpin 2 % tiap 6 jam sambil disiapkan iridektomi perifer

Sedangkan untuk glukoma primer sudut terbuka adalah mencegah progresifitas papil dengan menurunkan TIO dengan cara :

  1. Pemakaian obat-obatan merupakan pilihan utama

Obat-obat yg digunakan antara lain :

a. pilokarpin 1 – 2 % 4x/hr

b. Timolol maleat 0.24 – 0.5 % 2x/hr

c. Aetazolamide 3 x 250 mg

  1. Bila TIO masih tinggi pilihan kedua adalah Aplikasi LASER pada jaring trabekula
  2. Bila belum berhasil juga, maka dilakukan Bedah filtrasi
  3. Pilihan terakhir adalah menghambat badan silier dengan Aplikasi krio atau LASER


ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLUKOMA

A. Pengkajian

  1. Riwayat

- Glukoma lebih banyak ditemukan pada usia di atas 40 tahun terutama untuk Glukoma sudut terbuka.

- Pada Glukoma sudut tertutup didapatkan gejala-gejala nyeri hebat yang mendadak pada mata dan sekitarnya. Mata sangat kabur dan melihat warna seperti pelangi (halo) disekitar lampu. Mual, muntah, berkeringat.

- Pada Glukoma sudut terbuka terdapat riwayat bayangan gelap pada lapang pandang sehingga keaktifan sehari-hari mulai tergannggu. Berjalan lebih hati-hati karena sering tersenggol. Tidak ada keluhan nyeri mata dan gangguan tajam penglihatan.

- Pada glukoma sekunde klien sering mengeluh nyeri dan tanda-tanda spesifik lain, tergantung penyebab dari penyakit mata.

- Faktor Predisposisi al :

· Penyakit keturunan

· Diabetes

· Hipertensi

· Miopia berat

· Ablasio retina

· Oklusi vena retina sentral

Glukoma sekunder berhubungan dengan :

· trauma

· riwayat penyakit okuler : iritis, gangguan neovaskuler, tumor. Penyakit degeneratif

  1. Pemeriksaan fisik

a. Manifestasi klinik :

Pada Glukoma sudut tertutup didapatkan Visus sangat menurun, mata merah, hiperemi konjungtiva dan silier. Dengan lampu senter yang terang akan tampak COA dangkal, pupil lebar lonjong dan tidak ada reflek terhadap cahaya, dengan tonometer Schiotz TIO sangat tinggi (hingga 45 – 75 mmHg). Dengan gonioskopi terlihat sudut mata tertutup.

Pada Glukoma sudut terbuka didapatkan visus sentral baik (kecuali stadium lanjut). Tidak ada hiperemi konjungtiva dan silier. Kornea jernih, COA dalam, pupil normal. Dengan pemeriksaan funduskopi dijumpai penggaungan pada pupil (dinyatakan dengan C/D ratio). Pada pemeriksaan tonometri TIO 21 mmHg, Lapang pandang pada stadium dini dijumpai skotoma daerah superior, sedangkan stadium lanjut skotoma luas, lapang pandang sempit. Dengan pemeriksaan gonioskopi tampak sudut bilik mata depan terbuka.

  1. Analisa Data

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus glukoma adalah :

1. Nyeri s.d. peningkatan TIO

2. Gangguan persepsi sensori (visual) s.d. edema kornea, penurunan tajam penglihatan, kerusakan saraf optik

3. Resiko tinggi injuri s.d penyempitan luas lapang pandang

4. Resiko terjadinya kebutaan s.d. kerusakan saraf optik sekunder terhadap peningkatan TIO

5. Takut/cemas s.d. tindakan operasi

6. Defisit perawatan diri s.d. penurunan visus

7. Defisit pengetahuan s.d. kurangnya informasi

B. Intervensi dan Implementasi

Berikut ini 2 contoh rencana keperawatan pada pasien katarak`.

1. Diagnosa : Nyeri s.d. peningkatan TIO

Tujuan : Klien akan menunjukkan nyeri berkurang

Kriteria keberhasilan :

- Klien mampu mengidentifikasi sumber-sumber nyeri

- Klien mampu mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan dan menurunkan nyeri

- Klien akan menyatakan penurunan nyeri yang progresif dan nyeri hilang setelah intervensi

- Klien mendemonstrasikan berkurangnya ketidaknyamanan mata, klien tidak merintih, ekspresi wajah rileks

- Klien menunjukkan penurunan TIO

- Klien menunjukkan periode tidur yang tidak terganggu

Tindakan keperawatan :

1. Kaji jenis, intensitas dan lokasi nyeri, waspadai peningkatan TIO

2. Lakukan tindakan penghilang nyeri non invasif dan non farmakologis

- Posisikan kepala 30 derajat

- Latihan relaksasi

- Ajari tehnik distraksi

3. Monitor tanda-tanda nyeri, ekspresi wajah, perubahan pola tidur

4. Hindarkan pasien dari ruang yang gelap

5. Kelolah obat-obatan sesuai resep dokter a.l. :

- Gliserin, manitol untuk meningkatkan pembuangan akuos humor

- Acetazolamid untuk menghambat produksi akuos humor

- Beta adrenergik antagonis untuk menghambat produksi akuos humor

- Miotik membuka sudut bilik mata depan

- Pethidin untuk mengurangi nyeri

2. Diagnosa : Resiko tinggi cidera s.d penyempitan luas lapang pandang

Tujuan : klien akan dapat menghindari sidera

Kreteria keberhasilan :

- Klien mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan cidera

- Klien akan mengungkapkan suatu keinginan untuk melakukan tindakan pengamanan sehingga mencegah cidera

Tindakan keperawatan :

1. Kaji lapang pandang kedua mata klien

2. Lakukan modifikasi lingkungan untuk memindahkan semua bahaya

- Singkirkan rintangan dari tempat lalu lalang

3. Latakkan benda-benda termasuk bel pemanggil dimana klien dapat menjangkaunya

4. Letakkan alat bantu ambulasi dimana klien dapat melihat dan menjangkaunya dengan mudah

C. Evaluasi

Perkembangan pasien dg Konjungtivitis Go dievaluasi sesuai dg kriteria dan standar yang telah ditetapkan dalam rencana keperawatan.

__________

Referensi :

1. Ignatavicius, Donna D., Workman, M. Linda, Mishler, Mary A., Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach, WB Saunder Company, Philadelphia, Pensylvania, 1995

2. Radjamin, Tamin, Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, Universitas Airlangga Press, Surabaya, 1984

3. Suetzer, Suzanne C. et all, Text Book of Medical – Surgical Nursing, 1998

4. Aminoe dkk, 1994, Pedoman Diagnosis dan terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit Mata, RS UD Dr. Soetomo, Surabaya

Kamis, 21 Agustus 2008

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi

A. Pendahuluan

Gonad (testis dan ovarium) adalah kelenjar endokrin yang mensekresi hormon sek. Namun fungsi utama dari gonad bukanlah menghasilkan hormon, tetapi untuk memproduksi dan menyimpan gamet (sperma dan sel telur). Organ-organ lainnya dari sistem reproduksi laki-laki berfungsi menyiapkan sperma bagi untuk pembuahan sel telur.

Tumbuhan dan hewan menghasilkan individu baru melalui proses Reproduksi. Reproduksi melibatkan suatu struktur khusus yang disebut sistem reproduksi. Tidak seperti sistem tubuh yang lain, sistem reproduksi tidaklah penting untuk mempertahankan kehidupan seorang individu. Organisme dapat tetap hidup dan tetap sehat tanpa harus bereproduksi. Pentingnya sistem reproduksi adalah untuk mempertahankan kelangsungan spesies. Reproduksi adalah satu hal yang benar-benar penting untuk kelangsungan hidup suatu spesies.

B. Perkembangan Seksual

Pada manusia, sistem reproduksi menghasilkan, menyimpan, memelihara dan melepaskan sel sek khusus yang dikenal dengan istilah Gamet. Cara-cara dimana gamet yang dilepas memungkinkan penyatuan sperma dan sel telur dalam proses Fertilisasi. Dari sel telur yang sudah dibuahi (zygote) inilah, semua sel-sel dalam tubuh manusia berasal. Pada 6 minggu pertama embrio laki-laki dan perempuan berpenampilan identik. Selama 7 minggu perkembangan perubahan-perubahan utama yang terjadi :

1. Testis, yang merupakan organ utama laki-laki mulai menghasilkan hormon steroid sek yang dikenal dengan Androgen. Jaringan embrio selanjutnya berespon terhadap hormon ini dan berkembang menjadi organ reproduksi laki-laki

2. Ovarium atau organ reproduksi utama dari embrio perempuan, menghasilkan hormon steroid yang dikenal estrogen. Jaringan embrio selanjutnya berespon terhadap hormon ini dan berkembang menjadi organ-organ reproduktif perempuan

Sesungguhnya organ-organ seproduksi laki-laki dan perempuan berasal dari jaringan yang benar-benar sama.

Setelah lahir testis dan ovarium terus melanjutkan produksi sejumlah kecil hormon sek. Hormon sek ini melanjutkan mempengaruhi perkembangan organ-organ reproduksi. Baik testis dan ovarium tidak mampu memproduksi sel-sel reproduktif aktif (gamet) sampai menjelang pubertas.

Pubertas adalah masa pertumbuhan cepat dan pematangan seksual dimana sistem reproduksi berfungsi secara penuh. Pada masa pubertas yang sempurna, kelenjar reproduksi laki-laki dan perempuan (Gonad) atau organ-organ reprodukstif telah berkembang sempurna. Awal pubertas bervariasi diantar aindividu. Mungkin terjadi pada usia berkisar 9 sampai 15 tahun . Umumnya perempuan mengalami pubertas setahun lebih awal dibandingkan laki-laki

Pubertas dimulai dengan perubahan di hipotalamus, bagian otak yang meregulasi sekresi kelenjar pituitari (GnRH, Gonadotropin Releasing Hormone). Perubahan-perubahan ini menyebabkan kelenjar pituitari menghasilkan peningkatan kadar dua hormon yang mempengaruhi gonad yaitu FSH dan LH. Laki-laki memulai produksi sperma selama pubertas. Pada masa ini konsentrasi hormon testosteron cukup tinggi untuk menstimulasi produksi sperma.

C. Organ Reproduksi Laki-laki

Testis (organ utama sistem reproduksi pada laki-laki) berkembang dalam ruang abdomen, sesaat sebelum lahir turun melalui kanal keluar menuju kantung eksternal yang disebut skrotum. Testis merupakan struktur berbentuk dua telur, akan tetap berada dalam skrotum diluar tubuh dimana suhunya lebih dingin 3 derajat dibandingkan suhu internal tubuh sekitar 27° C. Hal ini dikarenakan perkembangan sperma di dalam testis memerlukan suhu yang lebih rendah. Testis terdiri dari kelompok ratusan tubulus yang kecil disebut dengan Tubulus Seminiferus. Meiosis sperma terjadi pada lapisan khusus dari jaringan tubulus ini.

D. Perkembangan Sperma

Sperma diturunkan dari sel khusus di dalam testis melalui proses meiosis untuk membentuk Haploid Nuclei yang ditemukan pada sperma matur. Jumlah kromosom berubah dari 46 menjadi 23. Sperma yang matang terdiri dari 3 bagian yaitu:

  1. Kepala – yang berisi Inti (23 kromosom) dan enzim yang membantu sperma memasuki jaringan protektif yang mengelilingi sel telur
  2. Bagian tengah – terbungkus dengan mitokhondria yang mengeluarkan energi (Sumber energi). Mitokhondria memasok energi yang diperlukan sperma untuk mencapai telur.
  3. Ekor – terdiri dari Flagellum tunggal yang sangat kuat yang akan mendorong sperma

Sperma yang sudah berkembang berjalan dari tubulus seminiferus menuju epididimis. Di dalam epididimis, sperma bertambah matang dan mendapatkan kemampuan untuk berenang karena flagellum (ekornya) telah sempurna. Meskipun sebagian besar sperma tetap tersimpan di epididimis, sebagiannya meninggalkan epididimis dan keluar melalui Vasdeverens, sebuah saluran yang muncul dari epididimis. Masing-masing Vas deferens memasuki rongga abdomen, dimana ia memutar melingkari kandung kemih dan menyambung dengan uretra. Pada laki-laki, baik urine dan sperma keluar tubuh melalui uretra. Di dalam uretra, sperma bercampur dengan cairan yang disekresi oleh 3 kelenjar eksokrin yaitu vesikula seminalis, kelenjar bulbouretra dan kelenjar prostat, menghasilkan cairan seminal yang berfungsi melindungi dan memelihara sperma. Kombinasi sperma dan cairan seminal disebut dengan Semen. Semen mengandung fruktosa berkonsentrasi tinggi yang berguna bagi sperma sebagai sumber energi. Untuk meningkatkan daya tahan hidup sperma, semen juga mengandung cairan alkali yang membantu menetralisir lingkungan asam dari vagina. Untuk membantu sperma bergerak melalui sistem reproduksi wanita, semen juga berisi prostaglandin yang dapat menyebabkan kontraksi otot-otot polos disepanjang jalan reproduksi wanita. Terdapat 100 hingga 200 juta sperma dalam 1 ml semen atau juta sperma pertetes.

Saluran Vas Deverens bergabung dengan uretra, suatu tabung yang mengarah keluar tubuh melalui penis. Penis adalah organ reproduktif laki-laki yang memungkinkan sperma masuk ke tubuh seorang wanita. Ketika laki-laki terangsang secara seksual, sistem saraf otonom menyebabkan penis ereksi. Sperma disemprotkan dari penis oleh kontraksi lapisan otot-otot polos Vas Deverens. Proses ini disebut Ejakulasi.

Karena ejakulasi diatur oleh sistem saraf otonom, maka tidak sepenuhnya ia bersifat volunter (tidak disadari). Terdapat 300 – 400 juta sperma dikeluarkan di jalan reproduksi wanita selama ejakulasi tunggal. Kesempatan-kesempatan sperma tunggal untuk membuahi dan sel telur jika tersedia hanya satu adalah cukup baik. Kebanyakan sperma mati karena keasaman vagina, hanya beberapa yang akhirnya mampu mencapai tempat fertilisasi. Sebenarnya sperma hanya berjumlah 10% dari semen, 90 persen sisanya adalah cairan yang dikeluarkan oleh tiga kelenjar.

E. Sistem Reproduksi Wanita

Seperti testis, ovarium adalah kelenjar yang memproduksi gamet. Sistem reproduksi Wanita menyiapkan gamet perempuan (sel telur) untuk kemungkinan pembuahan. Sistem ini berisi struktur yang memungkinkan fertilisasi dan menjadi tempat tinggal serta pemeliharaan perkembangan bayi.

Organ reproduksi utama dari wanita adalah Ovarium. Ovarium terletak di rongga perut. Biasanya ovarium memproduksi hanya satu sel telur tiap bulan. Disamping menghasilkan telur, sistem reproduksi juga melakukan tugas penting lainnya yaitu ketiga sel telur dikeluarkan, tubuh menyiapkan pemeliharaan perkembangan embrio.

Pubertas pada wanita dimulai dengan perubahan di hipotalamus yang menyebabkan pelepasan FSH dan LH dari keleenjar pituitari. FSH merangsang sel dalam ovarium untuk menghasilkan hormon estrogen. Estrogen menyebabkan sistem reproduksi menyempurnakan perkembangnnya, dan juga menghasilkan karateristik sek sekunder seperti pembesaran buah dada dan organ-organ reproduksi, pelebaran panggul, serta pertumbuhan bulu-bulu di badan.

F. Pembentukan Sel Telur

Setiap ovarium berisi sekitar 400.000 folikel yang berbentuk kelompok-kelompok sel yang mengelilingi sel telur tunggal. Selama paruh hidupnya 500 lebih sedikit sel telur dikeluarkan, rata-rata satu sel telur tiap 28 hari. Telur-telur yang matang menjadi besar, mengandung sel-sel yang sangat komplek, tumbuh hampir 75 ribu kali lebih besar dari sperma.

Ketika sebuah folikel telah matang, sel telur akan dikeluarkan. Proses ini disebut dengan Ovulasi. Jika terdapat dua sel telur yang matang, bisa terjadi bayi kembar non identik. Ovulasi mulai terjadi saat pubertas dan biasanya akan terus terjadi hingga seorang wanita memasuki usia akhir 40-an ketika menopause terjadi.

Setelah menopase, perkembangan folikel tidak lagi terjadi dan seorang wanita tidak lagi mampu melahirkan anak. Tanpa folikel, ovarium tidak dapat mensekresi cukup estrogen dan progesteron untuk melanjutkan siklus menstruasi dan mentruasi akhirnya berhenti.

Saat folikel robek, sel telur tersapu dari ovarium masuk ke salah satu tuba falopi. Tuba ini menyediakan jalan bagi telur untuk berjalan dari ovarium ke uterus. Telur bergerak melewati cairan yang mengisi tuba falopi dengan cilia yang melekat pada sel-sel disepanjang didinding tuba. Selama perjalanannya menuju tuba falopi, sel telur mungkin terbuahi. Sel telur harus terbuahi dalam waktu 48 jam setelah keluar dari ovarium. Setelah itu, sel telur mulai rusak. Sel telur yang tak terbuahi larus dalam uterus. Setelah beberapa hari, Sel telur melewati tuba falopi menuju uterus. Lapisan uterus didesain secara khusus untuk menerima sel telur yang sudah terbuahi. Pintu bawah dari uterus disebut servik. Sebuah otot spingter di servik mengontrol pembukaan uterus.Dari servik ke arah luar tubuh terdapat tuba muskuler yang disebut Vagina atau jalan lahir.

Struktur eksternal dari sistem reproduksi wanita secara kolektif disebut dengan Vulva. Vulva meliputi labia, sebuah lipatan kulit dan membran mukosa yang menutupi dan melindungi pembukaan sistem reproduksi wanita.

G. Siklus Menstruasi

Pada wanita, interaksi sistem reproduksi dan sistem endokrin membentuk suatu rangkaian komplek dari kejadian yang periodik yang disebut siklus menstruasi. Rata-rata siklus ini berlangsung selama 28 hari. Siklus menstruasi memiliki 4 tahap yaitu:

  1. Fase Folikuler
  2. Fase Ovulasi
  3. Fase luteal
  4. Fase menstruasi

Fase-fase ini diregulasi oleh hormon-hormon dari sistem endokrin. Selama fase awal, Fase folikuler, dimulai dengan pematangan telur, lapisan uterus menebal, banyak pembuluh darah kecil tumbuh dilapisan yang menebal tadi. Perkembangan telur pada fase ini sekitar 14 hari.

Fase kedua, Ovulasi, fase yang paling pendek berlangsung 3 -4 hari, dimulai dari pengeluaran telur dari folikel yang robek. Setelah keluar, telur segera tersapu ke tuba falopi, dimana ia akan berjalan ke uterus dan menanti fertilisasi. Telur memiliki cukup nutrisi untuk bertahan selama 48 jam.

Fase ketiga, fase luteal, berakhir 14 hari, sel-sel dari folikel yang robek tumbuh membesar dan mengisi rongga, membentuk struktur baru disebut dengan Korpus luteum. Korpus luteum segera mensekresi sejumlah besar progesteron dan estrogen. Peningkatan kadar kedua hormon ini menyebabkan kelenjar pituitari menghentikan sekresi dari FSH dan LH.

Progesteron menyebabkan lapisan uterus menjadi lebih tebal. Lapisan ini disiapkan untuk menerima embrio 4 atau 5 hari sesudah relur dikeluarkan dari ovarium. Ketika embrio telah menancap di lapisan uterus, korpus luteum melanjutkan melepaskan hormon yang menyebabkan uterus tetap memelihara ketebalan lapisan. Jika tidak ada embrio yang datang setelah sekian lama, korpus luteum mulai menurunkan produksi estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan pembuluh darah dalam lapisan rahim menutup dan kemudian rusak. Akibatnya sel-sel di lapisan rahim tidak menerima suplai darah yang adekuat dan mulai kehilangan dari dalam uterus. Gabungan darah dan sel-sel yang membentuk lapisan uterus disebut cairan menstruasi. Pergerakan cairan ini melalui vagina dan keluar tubuh disebut dengan Menstruasi atau fase akhir dari mentsruasi. Ini biasanya berakhir dari 3 hingga 7 hari. Pada akhir periode ini siklus baru dimulai, Fase folikuler.

Rata-rata siklus menstruasi adalah 28 hari. Hampir semua wanita memulai periode menstruasi 14 hari setelah ovulasi terjadi. Panjang fase pertama dari siklus, periode ketika folikel sedang tumbuh, berbeda dari wanita satu dengan lainnya.


Rabu, 20 Agustus 2008

Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin

A. Pendahuluan

Gonad (testis dan ovarium) adalah kelenjar endokrin yang mensekresi hormon sek. Namun fungsi utama dari gonad bukanlah menghasilkan hormon, tetapi untuk memproduksi dan menyimpan gamet (sperma dan sel telur). Organ-organ lainnya dari sistem reproduksi laki-laki berfungsi menyiapkan sperma bagi untuk pembuahan sel telur.

Tumbuhan dan hewan menghasilkan individu baru melalui proses Reproduksi. Reproduksi melibatkan suatu struktur khusus yang disebut sistem reproduksi. Tidak seperti sistem tubuh yang lain, sistem reproduksi tidaklah penting untuk mempertahankan kehidupan seorang individu. Organisme dapat tetap hidup dan tetap sehat tanpa harus bereproduksi. Pentingnya sistem reproduksi adalah untuk mempertahankan kelangsungan spesies. Reproduksi adalah satu hal yang benar-benar penting untuk kelangsungan hidup suatu spesies.

B. Perkembangan Seksual

Pada manusia, sistem reproduksi menghasilkan, menyimpan, memelihara dan melepaskan sel sek khusus yang dikenal dengan istilah Gamet. Cara-cara dimana gamet yang dilepas memungkinkan penyatuan sperma dan sel telur dalam proses Fertilisasi. Dari sel telur yang sudah dibuahi (zygote) inilah, semua sel-sel dalam tubuh manusia berasal. Pada 6 minggu pertama embrio laki-laki dan perempuan berpenampilan identik. Selama 7 minggu perkembangan perubahan-perubahan utama yang terjadi :

1. Testis, yang merupakan organ utama laki-laki mulai menghasilkan hormon steroid sek yang dikenal dengan Androgen. Jaringan embrio selanjutnya berespon terhadap hormon ini dan berkembang menjadi organ reproduksi laki-laki

2. Ovarium atau organ reproduksi utama dari embrio perempuan, menghasilkan hormon steroid yang dikenal estrogen. Jaringan embrio selanjutnya berespon terhadap hormon ini dan berkembang menjadi organ-organ reproduktif perempuan

Sesungguhnya organ-organ seproduksi laki-laki dan perempuan berasal dari jaringan yang benar-benar sama.

Setelah lahir testis dan ovarium terus melanjutkan produksi sejumlah kecil hormon sek. Hormon sek ini melanjutkan mempengaruhi perkembangan organ-organ reproduksi. Baik testis dan ovarium tidak mampu memproduksi sel-sel reproduktif aktif (gamet) sampai menjelang pubertas.

Pubertas adalah masa pertumbuhan cepat dan pematangan seksual dimana sistem reproduksi berfungsi secara penuh. Pada masa pubertas yang sempurna, kelenjar reproduksi laki-laki dan perempuan (Gonad) atau organ-organ reprodukstif telah berkembang sempurna. Awal pubertas bervariasi diantar aindividu. Mungkin terjadi pada usia berkisar 9 sampai 15 tahun . Umumnya perempuan mengalami pubertas setahun lebih awal dibandingkan laki-laki

Pubertas dimulai dengan perubahan di hipotalamus, bagian otak yang meregulasi sekresi kelenjar pituitari (GnRH, Gonadotropin Releasing Hormone). Perubahan-perubahan ini menyebabkan kelenjar pituitari menghasilkan peningkatan kadar dua hormon yang mempengaruhi gonad yaitu FSH dan LH. Laki-laki memulai produksi sperma selama pubertas. Pada masa ini konsentrasi hormon testosteron cukup tinggi untuk menstimulasi produksi sperma.

C. Organ Reproduksi Laki-laki

Testis (organ utama sistem reproduksi pada laki-laki) berkembang dalam ruang abdomen, sesaat sebelum lahir turun melalui kanal keluar menuju kantung eksternal yang disebut skrotum. Testis merupakan struktur berbentuk dua telur, akan tetap berada dalam skrotum diluar tubuh dimana suhunya lebih dingin 3 derajat dibandingkan suhu internal tubuh sekitar 27° C. Hal ini dikarenakan perkembangan sperma di dalam testis memerlukan suhu yang lebih rendah. Testis terdiri dari kelompok
ratusan tubulus yang kecil disebut dengan Tubulus Seminiferus. Meiosis sperma terjadi pada lapisan khusus dari jaringan tubulus ini.

D. Perkembangan Sperma

Sperma diturunkan dari sel khusus di dalam testis melalui proses meiosis untuk membentuk Haploid Nuclei yang ditemukan pada sperma matur. Jumlah kromosom berubah dari 46 menjadi 23. Sperma yang matang terdiri dari 3 bagian yaitu:

  1. Kepala – yang berisi Inti (23 kromosom) dan enzim yang membantu sperma memasuki jaringan protektif yang mengelilingi sel telur
  2. Bagian tengah – terbungkus dengan mitokhondria yang mengeluarkan energi (Sumber energi). Mitokhondria memasok energi yang diperlukan sperma untuk mencapai telur.
  3. Ekor – terdiri dari Flagellum tunggal yang sangat kuat yang akan mendorong sperma

Sperma yang sudah berkembang berjalan dari tubulus seminiferus menuju epididimis. Di dalam epididimis, sperma bertambah matang dan mendapatkan kemampuan untuk berenang karena flagellum (ekornya) telah sempurna. Meskipun sebagian besar sperma tetap tersimpan di epididimis, sebagiannya meninggalkan epididimis dan keluar melalui Vasdeverens, sebuah saluran yang muncul dari epididimis. Masing-masing Vas deferens memasuki rongga abdomen, dimana ia memutar melingkari kandung kemih dan menyambung dengan uretra. Pada laki-laki, baik urine dan sperma keluar tubuh melalui uretra. Di dalam uretra, sperma bercampur dengan cairan yang disekresi oleh 3 kelenjar eksokrin yaitu vesikula seminalis, kelenjar bulbouretra dan kelenjar prostat, menghasilkan cairan seminal yang berfungsi melindungi dan memelihara sperma. Kombinasi sperma dan cairan seminal disebut dengan Semen. Semen mengandung fruktosa berkonsentrasi tinggi yang berguna bagi sperma sebagai sumber energi. Untuk meningkatkan daya tahan hidup sperma, semen juga mengandung cairan alkali yang membantu menetralisir lingkungan asam dari vagina. Untuk membantu sperma bergerak melalui sistem reproduksi wanita, semen juga berisi prostaglandin yang dapat menyebabkan kontraksi otot-otot polos disepanjang jalan reproduksi wanita. Terdapat 100 hingga 200 juta sperma dalam 1 ml semen atau juta sperma pertetes.

Saluran Vas Deverens bergabung dengan uretra, suatu tabung yang mengarah keluar tubuh melalui penis. Penis adalah organ reproduktif laki-laki yang memungkinkan sperma masuk ke tubuh seorang wanita. Ketika laki-laki terangsang secara seksual, sistem saraf otonom menyebabkan penis ereksi. Sperma disemprotkan dari penis oleh kontraksi lapisan otot-otot polos Vas Deverens. Proses ini disebut Ejakulasi.

Karena ejakulasi diatur oleh sistem saraf otonom, maka tidak sepenuhnya ia bersifat volunter (tidak disadari). Terdapat 300 – 400 juta sperma dikeluarkan di jalan reproduksi wanita selama ejakulasi tunggal. Kesempatan-kesempatan sperma tunggal untuk membuahi dan sel telur jika tersedia hanya satu adalah cukup baik. Kebanyakan sperma mati karena keasaman vagina, hanya beberapa yang akhirnya mampu mencapai tempat fertilisasi. Sebenarnya sperma hanya berjumlah 10% dari semen, 90 persen sisanya adalah cairan yang dikeluarkan oleh tiga kelenjar.

E. Sistem Reproduksi Wanita

Seperti testis, ovarium adalah kelenjar yang memproduksi gamet. Sistem reproduksi Wanita menyiapkan gamet perempuan (sel telur) untuk kemungkinan pembuahan. Sistem ini berisi struktur yang memungkinkan fertilisasi dan menjadi tempat tinggal serta pemeliharaan perkembangan bayi.

Organ reproduksi utama dari wanita adalah Ovarium. Ovarium terletak di rongga perut. Biasanya ovarium memproduksi hanya satu sel telur tiap bulan. Disamping menghasilkan telur, sistem reproduksi juga melakukan tugas penting lainnya yaitu ketiga sel telur dikeluarkan, tubuh menyiapkan pemeliharaan perkembangan embrio.

Pubertas pada wanita dimulai dengan perubahan di hipotalamus yang menyebabkan pelepasan FSH dan LH dari keleenjar pituitari. FSH merangsang sel dalam ovarium untuk menghasilkan hormon estrogen. Estrogen menyebabkan sistem reproduksi menyempurnakan perkembangnnya, dan juga menghasilkan karateristik sek sekunder seperti pembesaran buah dada dan organ-organ reproduksi, pelebaran panggul, serta
pertumbuhan bulu-bulu di badan.


F. Pembentukan Sel Telur

Setiap ovarium berisi sekitar 400.000 folikel yang berbentuk kelompok-kelompok sel yang mengelilingi sel telur tunggal. Selama paruh hidupnya 500 lebih sedikit sel telur dikeluarkan, rata-rata satu sel telur tiap 28 hari. Telur-telur yang matang menjadi besar, mengandung sel-sel yang sangat komplek, tumbuh hampir 75 ribu kali lebih besar dari sperma.

Ketika sebuah folikel telah matang, sel telur akan dikeluarkan. Proses ini disebut dengan Ovulasi. Jika terdapat dua sel telur yang matang, bisa terjadi bayi kembar non identik. Ovulasi mulai terjadi saat pubertas dan biasanya akan terus terjadi hingga seorang wanita memasuki usia akhir 40-an ketika menopause terjadi.

Setelah menopase, perkembangan folikel tidak lagi terjadi dan seorang wanita tidak lagi mampu melahirkan anak. Tanpa folikel, ovarium tidak dapat mensekresi cukup estrogen dan progesteron untuk melanjutkan siklus menstruasi dan mentruasi akhirnya berhenti.

Saat folikel robek, sel telur tersapu dari ovarium masuk ke salah satu tuba falopi. Tuba ini menyediakan jalan bagi telur untuk berjalan dari ovarium ke uterus. Telur bergerak melewati cairan yang mengisi tuba falopi dengan cilia yang melekat pada sel-sel disepanjang didinding tuba. Selama perjalanannya menuju tuba falopi, sel telur mungkin terbuahi. Sel telur harus terbuahi dalam waktu 48 jam setelah keluar dari ovarium. Setelah itu, sel telur mulai rusak. Sel telur yang tak terbuahi larus dalam uterus. Setelah beberapa hari, Sel telur melewati tuba falopi menuju uterus. Lapisan uterus didesain secara khusus untuk menerima sel telur yang sudah terbuahi. Pintu bawah dari uterus disebut servik. Sebuah otot spingter di servik mengontrol pembukaan uterus.Dari servik ke arah luar tubuh terdapat tuba muskuler yang disebut Vagina atau jalan lahir.

Struktur eksternal dari sistem reproduksi wanita secara kolektif disebut dengan Vulva. Vulva meliputi labia, sebuah lipatan kulit dan membran mukosa yang menutupi dan melindungi pembukaan sistem reproduksi wanita.

G. Siklus Menstruasi

Pada wanita, interaksi sistem reproduksi dan sistem endokrin membentuk suatu rangkaian komplek dari kejadian yang periodik yang disebut siklus menstruasi. Rata-rata siklus ini berlangsung selama 28 hari. Siklus menstruasi memiliki 4 tahap yaitu:

  1. Fase Folikuler
  2. Fase Ovulasi
  3. Fase luteal
  4. Fase menstruasi

Fase-fase ini diregulasi oleh hormon-hormon dari sistem endokrin. Selama fase awal, Fase folikuler, dimulai dengan pematangan telur, lapisan uterus menebal, banyak pembuluh darah kecil tumbuh dilapisan yang menebal tadi. Perkembangan telur pada fase ini sekitar 14 hari.

Fase kedua, Ovulasi, fase yang paling pendek berlangsung 3 -4 hari, dimulai dari pengeluaran telur dari folikel yang robek. Setelah keluar, telur segera tersapu ke tuba falopi, dimana ia akan berjalan ke uterus dan menanti fertilisasi. Telur memiliki cukup nutrisi untuk bertahan selama 48 jam.

Fase ketiga, fase luteal, berakhir 14 hari, sel-sel dari folikel yang robek tumbuh membesar dan mengisi rongga, membentuk struktur baru disebut dengan Korpus luteum. Korpus luteum segera mensekresi sejumlah besar progesteron dan estrogen. Peningkatan kadar kedua hormon ini menyebabkan kelenjar pituitari menghentikan sekresi dari FSH dan LH.

Progesteron menyebabkan lapisan uterus menjadi lebih tebal. Lapisan ini disiapkan untuk menerima embrio 4 atau 5 hari sesudah relur dikeluarkan dari ovarium. Ketika embrio telah menancap di lapisan uterus, korpus luteum melanjutkan melepaskan hormon yang menyebabkan uterus tetap memelihara ketebalan lapisan. Jika tidak ada embrio yang datang setelah sekian lama, korpus luteum mulai menurunkan produksi estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan pembuluh darah dalam lapisan rahim menutup dan kemudian rusak. Akibatnya sel-sel di lapisan rahim tidak menerima suplai darah yang adekuat dan mulai kehilangan dari dalam uterus. Gabungan darah dan sel-sel yang membentuk lapisan uterus disebut cairan menstruasi. Pergerakan cairan ini melalui vagina dan keluar tubuh disebut dengan Menstruasi atau fase akhir dari mentsruasi. Ini biasanya berakhir dari 3 hingga 7 hari. Pada akhir periode ini siklus baru dimulai, Fase folikuler.

Rata-rata siklus menstruasi adalah 28 hari. Hampir semua wanita memulai periode menstruasi 14 hari setelah ovulasi terjadi. Panjang fase pertama dari siklus, periode ketika folikel sedang tumbuh, berbeda dari wanita satu dengan lainnya.